Breaking News

Senin, 23 Januari 2017

TUA ITU PASTI, DEWASA ITU PILIHAN



        Setiap manusia pastinya selalu mengalami perubahan pada dirinya dari mulai balita sampai dewasa dan semua manusia pasti nantinya akan menjadi tua. Saat ini seseorang dapat dikatakan dewasa atau tidak,  tetapi seseorang pasti akan menjadi tua.
Banyak orang yang mengatakan bahwa dewasa itu adalah fase setelah kita melewati masa remaja (kurang lebih ketika umur sudah mencapai 18-22 tahun). Tetapi ada juga yang mengatakan kalau dewasa itu adalah proses di mana seseorang bisa mengontrol dirinya sendiri,  baik secara mental maupun secara emosional.
          Masalahnya sekarang adalah, terkadang dari kita semua tidak pernah sadar bahwa sebenarnya kita semua itu dituntut untuk menjadi dewasa. Kita sering menghindari proses pendewasaan atau bahkan kita tidak siap untuk menjadi dewasa. Memang banyak ilmu yang menjelaskan bagaimana cara kita untuk menjadi dewasa, apa saja yang harus dipersiapkan dan lain sebagainya. Akan tetapi, pertanyaannya sekarang adalah "apakah kita semua sudah siap untuk menjadi seorang yang dewasa".
            Dewasa itu adalah sebuah hasil dari proses pendewasaan kita. Tugas kita sekarang adalah bagaimana kita bisa menjadikan diri kita untuk menjadi dewasa yang sebenarnya dan sesuai dengan apa yang kita dan orang lain inginkan, Memang umur menjadi salah satu indikator seseorang untuk dikatakan dewasa. Tetapi, dibalik itu semua ada sebuah "syarat khusus" yang harus kita penuhi untuk menjadi seorang yang dikatakan dewasa itu, yaitu "sudah siapkah kita untuk menjalani proses pendewasaan dan sudah pantaskah kita dikatakan dewasa." Tidak sedikit kita lihat di kehidupan kita beberapa masyarakat yang secara umur sudah dikatakan dewasa, akan tetapi secara psikologis belum dikatakan dewasa karena sikapnya,mentalnya dan lain sebagainya. Sehingga akan muncul pertanyaan "apakah dia sudah menjalankan proses pendewasaan?".
         Ada kesalahpahaman di diri kita ketika hanya memandang dewasa pada satu sisi saja seperti umur,fisik dan lain sebagainya dan kesalahpahaman inilah yang membuat kita terkekang dalam melakukan proses pendewasaan. Padahal, indikator seseorang bisa dikatakan dewasa (menurutku) adalah ketika seseoarang itu sudah bisa melakukan "apa yang seharusnya dia lakukan/tidak lakukan". Karena aku percaya bahwa sebenarnya dewasa itu adalah sebuah proses dan pilihan bagi setiap manusia untuk menjalankannya. Dan  juga percaya bahwa dewasa itu tidak hanya berada pada umur/fisik, tapi ada banyak aspek yang bisa kita jadikan patokan untuk menyatakan dewasa seperti: 1) Dewasa dalam berfikir, 2) Dewasa dalam bertindak, 3) Dewasa dalam berbuat, 4) Dewasa dalam berinteraksi dengan orang lain, 5) Dewasa mengurusi dirinya sendiri (mandiri) dan masih banyak lagi. Dan aku juga percaya, setiap orang pasti memiliki kedewasaannya masing-masing dan itu berupa proses. Demikian sebaliknya, jika ada orang yang masih merasa bahwa ia tidak perlu bertanggung jawab atas segala pemikiran, sikap dan tingkah lakunya, maka ia juga belum tergolong dewasa, karena berarti ia masih mencari kambing hitam atas segala akibat dari pemikiran, sikap dan tingkah lakunya. Nah, dimanakah posisi kita? Tergolong yang manakah kita? Mari kita mulai tentukan sendiri, tidak usah menunggu orang lain (katanya sudah dewasa?)
Konsekuensi logis dari pemahaman kita akan kebebasan memilih sebenarnya sangat luar biasa. Ada banyak hal yang bisa kita raih, ketika kita telah benar-benar memahaminya, yaitu salah satunya adalah kita dapat benar-benar mengeluarkan seluruh potensi terpendam kita. Diana Whitney & Amanda Trosten Bloom dalam bukunya the Power of Appreciative Inquiry (4 prinsip perubahan positif dalam organisasi) menyatakan bahwa paling tidak ada enam syarat yang diperlukan bagi pembebasan kekuatan. Syarat-syarat tersebut dikenal dengan enam kebebasan, yaitu yang meliputi kebebasan untuk dikenal dalam hubungan; kebebasan untuk didengar; kebebasan untuk bermimpi dalam komunitas, kebebasan untuk memilih dalam berkontribusi; kebebasan untuk bertindak dengan dukungan; dan kebebasan untuk menjadi positif. Nah, inilah yang harus senantiasa kita pahamkan dalam diri kita, yaitu bahwa kita lahir ke dunia ini dengan kebebasan penuh untuk menjadi apa saja yang kita mau, bahkan untuk merubah dunia sekalipun.
Oleh karena itu, sudah saatnya bagi kita untuk tidak lagi terlalu mudah menyalahkan lingkungan atas kekurangsempurnaan prestasi kita, untuk tidak lagi terlalu gampang mengkambinghitamkan sistem pendidikan atas keterbatasan pemikiran kita. Karena semua ternyata kembali ke diri kita sendiri kok. Mari kita lihat, apakah ada jaminan orang yang kaya pasti lebih pintar dari orang miskin? Tidak bukan? Apakah ada jaminan bahwa orang kota pasti lebih sukses dari orang desa? Tidak bukan? Artinya faktor-faktor di luar diri kita jangan lagi dijadikan kambing hitam atas kekurangsempurnaan prestasi kita apalagi atas kegagalan kita          Dan benar bahwa menjadi tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan. Untuk mencapai predikat "dewasa", kita harus menjalani yang namanya proses pendewasaan dan proses pendewasaan itu terjadi di mana-mana tinggal kita siap atau tidak menghadapinya. Dan terakhir, semua orangi itu berhak untuk menjadi dewasa, sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menjadi dewasa,  tinggal diri kita sendiri yang siap atau tidak menjadi dewasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed Template By Blogger Templates - Powered by GusDarMeDia